Pasar Digital Printing Masih Sangat Luas
Digital printing sudah habis. Itu adalah kalimat yang tahun lalu santer terdengar. Sekilas pernyataan itu memang ada benarnya. Saat itu – bahkan sekarang – persaingan di industri digital printing sudah kelewatan. Persaingan sudah dalam taraf tidak sehat. Bukan bersaing dalam hal adu kreatifitas, tetapi bersaing dalam hal harga, banting-bantingan harga. Bayangkan, harga per meter cetak digital sampai menyentuh level Rp 15 ribu. Dari mana percetakan mendapatkan untung?
Perusahaan yang mempunyai modal besar menekan harga hingga yang terendah. Alhasil, percetakan kecil yang cekak modal lama-kelamaan kehabisan darah dan akhirnya mati. Ini bukan cerita rekaan tapi sungguh terjadi. Kalau beberapa tahun lalu Anda pernah mencetak di Kalibaru, salah satu sentra digital printing di bilangan Jakarta Pusat, mungkin saat ini Anda tidak akan bisa menjumpainya lagi. Mereka sudah gulung tikar akibat persaingan bisnis yang kejam.
Tetapi apakah digital printing memang sudah benar-benar habis? Jawabannya bisa ya, bisa juga sebaliknya, masih terbuka peluang yang sangat lebar. Bagi yang tidak kreatif, bisnis digital printing memang sudah sangat sempit tempatnya. Kalau berbicara di kota-kota besar di Jawa, sepertinya sudah tidak ada tempat sama sekali. Mungkin masih bisa di luar Jawa, tetapi perlu mencari tempat yang ramai dan belum ada pemainnya.
Sebaliknya bagi pengusaha yang kreatif, bisnis digital printing merupakan tempat yang menantang. Masih banyak ceruk yang bisa digali. Potensinya masih sangat besar. Dulu aplikasi digital printing memang hanya sebatas untuk billboard, banner atau baliho. Tetapi sekarang hampir di semua lini kehidupan kita bisa jumpai aplikasi dari digital printing.
Kelebihan digital printing
Saat ini teknologi digital printing sudah sangat maju. Mencetak apapun bisa dilakukan dengan teknologi ini. Dari mencetak pada bahan kertas, vinil, kain (textile) hingga bahan rigid seperti kayu, keramik, metal dan lainnya, bisa dilakukan. Pendeknya, apapun bisa dilakukan.
Dalam apliksi yang sederhana, dengan mudah kita bisa menjumpai produk digital printing bertebaran di pingir jalan. Banyak pedagang kali lima sudah menggunakan digital printing untuk mencetak penutup lapaknya. Sebelumnya mereka menggunakan kain sablon dengan gambar yang ala kadarnya. Sekarang dengan digital printing para pedagang pecel lele bisa memajang ’lelenya’ dengan gambar yang bagus. Pedagang bubur ayam juga bisa menampilkan foto buburnya dengan tampilan real.
Untuk yang lebih rumit, aplikasi digital printing sudah bisa ditemukan pada kayu, kaca, lantai dan sebagainya. Berkat teknologi flated digital printing kini memang dimungkinkan untuk mencetak pada bahan-bahan keras atau kaku (rigid). Mencetak pada kain juga sudah bisa dilakukan secara langsung dengan mesin cetak digital, yang biasanya orang mencetak melalui transfer paper terlebih dahulu.
Dari sisi gambar juga sudah sangat bagus. Banyak printer sudah bisa mencetak dengan kualitas foto. Bahkan pernah ada fotographer profesional yang memamerkan karya fotonya yang semuanya dicetak dengan mesin digital flatbed. Foto-foto itu dicetak pada berbagai bahan; dari bahan kayu, karet hingga metal. Anda bisa bayangkan, kalau seorang fotografer yang sangat mengutamakan kualitas gambar mau menggunakan teknologi ini, berarti dijamin kalau kualitas digital printing sudah sangat bagus.
Customized
Dulu orang-orang harus mencetak dalam jumlah banyak agar mendapatkan harga satuan yang murah. Itu yang terjadi pada teknologi konvensional seperti screen printing. Sekarang dengan teknologi digital Anda bisa mencetak selembar banner dengan harga terjangkau. Dan yang lebih asyik lagi dengan digital printing, kita bisa mencetak dengan custom berbeda-beda. Maksudnya, kalau Anda ingin mencetak lima buah banner dengan konten yang berbeda beda, harga satuannya tetap sama. Anda bisa mencetak dengan desain sesuka hati, tidak perlu menghitung jumlah warna dan lainnya.
Jadi, apakah Anda masih menganggap bisnis digital printing sudah habis? Tentunya tidak. Bisnis digital printing yang dibarengi dengan kreatifitas tidak akan pernah mati, kecuali Anda tidak punya kreatifitas.