Mengapa Banyak Printer Flatbed ‘Nganggur’?

Flatbed digital printer atau mesin cetak digital flatbed barangkali merupakan mesin yang bisa dikatakan cukup revolusioner dalam industri digital priting. Bayangkan, mesin ini bisa mencetak pada hampir semua bahan, dari bahan seperti kain, vinil, hingga bahan-bahan rigid seperti kayu atau bahkan kaca. Sayangnya, sepertinya mesin ini belum maksimal diberdayakan.

Mesin  ini umunya  mempunyai kualitas cetak yang bagus. Salah satu teknologi unggulan dari mesin ini adalah kemampuan untuk mencetak  warna putih. Tinta putih ini bisa digunakan sebagai dasar sehingga membuat gambar lebih natural ketika mencetak pada bahan-bahan transparan seperti PVC Transparan, Kaca dan Acrylic Bening.  Kelebihan lain adalah kemampuan membuat efek glossy (UV varnish) pada bagian-bagian yang diinginkan.

Teknologi UV yang biasanya digunakan  mesin ini dianggap lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan mesin cetak versi terdahulu yang menggunakan tinta solvent. Tinta UV yang pada proses pencetakan tidak melepaskan zat beracun.  Dari segi pemakaian tinta mesin flatbed juga lebih efisien.

Sementara mesin dengan teknologi solvent  cukup berbahaya karena mengeluarkan zat beracun. Selain menyebabkan polusi udara, efek samping  juga sangat merugikan pekerja yang satu ruangan tempat mesin itu berada. Apalagi kalau ruangan tersebut tidak berventilasi secara baik.

Makanya kehadiran mesin ini beberapa tahun lalu disambut dengan ekspektasi yang luar biasa dari kalangan industri digital printing.  Keberadaan mesin ini diharapkan akan semakin meramaikan industri percetakan. Aplikasi-aplikasi yang tadinya tidak bisa dilakukan dengan mesin digital printing biasa bisa dilakukan dengan mesin ini.  Para pengusaha pun berhitung mengenai keuntungan yang akan diperoleh dengan menggunakan mesin ini.

Walaupun responnya agak terlambat dibandingkan negara-negara maju, para pengusaha cetak digital printing di Indonesia pun tidak mau ketinggalan dalam euforia mesin digital flatbed printer  ini. Dalam dua tahun terakhir ini banyak pengusaha cetak digital yang berinvestasi pada mesin ini.  Mereka juga tentunya berharap akan segera meraup keuntungan dari investasinya ini.

Namun, ternyata harapan seringkali tidak sesuai dengan kenyataan. Setelah sekian lama menunggu, order tidak kunjung datang.  Kalaupun ada, tetap tidak sesuai dengan harapan.  Padahal, awalnya, mungkin mereka mengira order akan datang seperti booming-nya bisnis digital printing (solvent)  pada tahun-tahun sebelumnya. Ternyata banyak yang salah prediksi. Akibatnya cukup banyak mesin flatbed yang  ‘nganggur’ di Indonesia. Bahkan ada juga perusahaan yang akhirnya menjualnya.

Salah Treatment

Walaupun mempunyai teknologi yang hampir sama, mesin (large format) digital printing biasa dan mesin digital flated sebenarnya mempunyai karakteristik yang berbeda. Perbedaan karakteristik ini terutama pada hal aplikasi yang akan dicetak.

Mesin digital printing biasa umumnya digunakan untuk mencetak aplikasi  semacam banner, baliho, atau billboard. Aplikasi macam ini biasanya menggunakan bahan-bahan lentur (roll) seperti vinil uang ukurannya pun biasanya sudah standar. Kalau untuk billboard misalnya ukuran 4m x 6m, 5m x 10m atau lainya. Aplikasi seperti ini menjadi menjadi langganan mesin digital printing, apalagi ketika berlangsung perhelatan pemilihan wakil  rakyat (DPR), dan pemilihan kepala daerah.

Hal ini tentu berbeda sekali dengan mesin cetak digital flatbed. Walaupun bisa, jarang sekali orang  akan mencetak aplikasi billboard dengan mesin ini. Bahkan mungkin tidak akan terjadi, sebuah perusahaan membuat papan reklame besar menggunakan papan kayu yang dicetak dengan mesin flatbed. Bukan apa-apa, selain mahal, membuat billboard dengan bahan dan  cara ini juga tidak efisien.

Mesin flatbed sebenarnya mempunyai jangkauan aplikasi yang sangat luas. Banyak sekali yang bisadikembangkan dengan mesin ini. Berikut beberapa aplikasi yang bisa dibuat : POP, Rak displai, desain interior, cetak pada furniture, kaca, kulit, keramik, pembuatan mock up, kemasan bahkan untuk aplikasi graphic art dan photografi.

Lalu pertanyaannya, mengapa masih banyak mesin flatbed di Indonesia yang menganggur alias sepi job? Ada beberapa alasan yang barangkali bisa mengurai persoalanan ini.

1.      Tidak adanya tujuan yang jelas ketika membeli mesin ini.

Menetapkan tujuan sebelum melakukan pembelian adalah hal yang sangat pnting. Misalnya, apakan mesin tersebut nantinya hanya akan menjadi pelengkap dari mesin-mesin yang sudah ada atau akan menjadi layanan utama bisnis anda.

Tentukan terget market mana yang akan disasar.  Ada banyak bidang  yang bisa digarap, sebagaimana disebutkan di atas. Mungkin akan sulit untuk bisa melayani banyak aplikasi. Untuk itu berfokuslah pada beberapa layanan saja, misalnya melayani pembuatan signage, POP atau rak displai.   Di sini anda bisa melakukan kerjasama dengan perusahaan-perusahaan pembuat aplikasi tersebut. Berilah mereka informasi tentang hal tersebut. Edukasilah mereka.

Bisa juga anda berfokus pada layanan cetak foto. Anda bisa bekerja sama dengan para fotografer. Atau kalau pilihan anda adalah layana design interior,anda bisa menjalin kerja sama dengan para designer interior.

Kalau anda mau melakukan semuanya sendiri, perusahaan anda bisa membuat divisi sendiri yang kusus mengurusi layanan apliksi flatbed. Hanya saja yang perlu dilakukan adalah harus ada tim kreatif yang bisa mencipkatan produk yang bisa anda jual ke pasar.

2.      Menganggap mesin ini sama dengan mesin digital printing lainnya.

Mesin ini sebenarnya bukan tipe ‘solo karir’, maksudnya kalau mau sukses mesin ini harus punya teman. Misalnya mesin router. Fungis mesin ini adalah untuk memotong atau membuat lipatan (pon) khususnya untuk bahan-bahan seperti kardus atau bahan yang cukup tebal lainnya.

Mesin sejenis router ini sangat penting berkaitan dengan aplikasi yang banyak dibuat oleh mesin flatbed, yaitu membuat apliksi yang dengan bentuk yang unik.

3.      Kurang melakukan eduksi pasar

Kita akui, teknologi flatbed merupakan hal baru di Indonsia. Belum banyak masyarakat atau industri lain yang mengetahui kemampuan mesin ini. Contohnya, pasti banyak orang yang tidak tahu kalau daun pintu yang ada dirumahnya bisa dicetak menggunakan mesin flatbed ini. Atau  bahkan ada arsitek interior design yang tidak tahu kalau keramik bisa langsung dicetak dengan mesin cetak digital ini.

Maka industri digital printing, khususnya pengguna mesin flatbed perlu banyak melakukan edukasi dan promosi kepada masyarakt maupun kepada industri lain yang berkepentingan dengan mesin ini, seperti industri periklanan (advertising), interior design dan signage.